Penulis: Adiya Chou
Foto & Ilustrasi: Adiya Chou
Hak Cipta: Street Photography Festival Indonesia
Hak Publikasi: Blog SPFest & Maklum Foto
BAGIAN PERTAMA
Saya baru mulai terjun ke dunia fotografi di awal tahun 2013, dan fokus dengan Street Photography di awal tahun 2014. Percaya atau tidak, hal pertama yang ada di benak saya adalah bagaimana menghadapi orang-orang yang nantinya saya temui di jalanan. Apakah mereka akan terganggu oleh kehadiran saya? Bagaimana ekspresi mereka ketika saya ada dan mengarahkan kamera saya ke arah mereka?
Pertama kali saya memotret di ruang publik, saya diajak salah satu teman mengikuti kegiatan street hunting di Pasar Gaung, Padang yang diadakan Street Photo Hunters.
Pasar ini merupakan pasar ikan terbesar di Sumatera Barat. Dari informasi yang saya dapat, tempat ini tidak ramah terhadap orang asing, apalagi membawa kamera.
Sebelumnya ada salah satu mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta yang pernah memotret disana dan kamera nya diambil oleh kelompok pemuda Pasar Gaung.
Tentu saja hal ini mengintimidasi saya, saya berada pada kondisi takut, tapi penasaran. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut dalam acara tersebut. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Saya datang kesana bersama dengan teman-teman lainnya. Menyenangkan, bertemu teman-teman baru. Sedikit melegakan bagi saya yang sudah ketakutan ini. Bahkan saya sudah menyiapkan beberapa opsi jawaban jika ada yang bertanya.
Kami dibagi menjadi dua kelompok, karena jumlah fotografer yang ikut cukup banyak, dan dipandu oleh pemuda setempat. Ternyata pihak penyelenggara sudah meminta ijin kepada Ketua Pemuda, sedikit melegakan bagi saya.
Kami mulai memotret setibanya disana, dan kemudian saya tidak merasa ketakutan lagi karena teman-teman yang lain mengobrol santai dengan pedagang dan pengunjung sembari memotret. Disana saya menemukan poin penting, ketakutan memotret di ruang publik bisa diredam dengan komunikasi.
Kemampuan berkomunikasi memiliki porsi yang besar dalam kehidupan seorang Street Photographer. Tidak hanya kepada subjek yang ditemui di jalanan, tapi juga kepada orang banyak, termasuk rekan sehobi atau seprofesi.
Walaupun di beberapa kondisi kamu bisa mengabaikan hal tersebut, tapi manusia adalah komponen yang selalu ada di ruang publik. Sebagai makhluk sosial, manusia saling bersosialisasi satu sama lain.
Setelah event tersebut, saya membuat sebuah program untuk mengatasi ketakutan saya bertemu dengan orang asing di jalanan. Program yang sederhana, hanya memotret seperti biasa, namun tanpa ditemani fotografer lain, agar saya bisa beradaptasi dengan cepat dengan cara saya sendiri.
Saya mempelajarinya dari salah satu eBook berjudul “31 Days to Overcome Your Fear of Shooting Street Photography”. Karena saya sering ‘nyetrit’ sendirian dan sering menolak ajakan motret bersama fotografer lain, banyak teman yang berkata “Si koko mah gak bisa diajak nyetrit bareng, dia mainnya solo”.
Berikut tips dan trik untuk mengatasi rasa takut saat memotret di ruang publik:
1. Temukan apa yang menjadi ketakutanmu
Jika kamu ingin mengatasi rasa takutmu di jalanan. Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah mengidentifikasi apa yang menjadi ketakutanmu. Misalnya takut akan respon dari orang-orang di jalanan, takut kamera mu diambil orang, takut dikejar orang gila, takut dibilang aneh, takut dirampok.
2. Meminta ijin
Street photography seharusnya menjadi sebuah candid. Tetapi meminta ijin bisa menjadi salah satu cara untuk menghilangkan rasa takutmu. Ketika kamu memulainya dengan sebuah sapaan hangat dan ijin untuk memotret, saya yakin suasana nya akan menjadi lebih baik dan rasa takutmu menjadi berkurang. Meminta ijin bukan hal yang dilarang dalam Street Photography, yang dilarang hanya mengatur pose subjek layaknya model.
3. Beranikan diri untuk melakukan kontak mata
Disaat saya tidak menggunakan kamera, saya sering melihat orang yang melintas. Dan ketika dia menoleh ke arah saya, saya mengalihkan pandangan saya ke arah lain. Itu merupakan sebuah intuisi manusia, hal yang wajar terjadi. Tetapi ketika saya bersama dengan kamera saya, saya memberanikan diri untuk melakukan kontak mata dengan subjek. Hal tersebut bisa membangkitkan keberanian kamu.
4. Shoot from the hip
Memotret dari area pinggang, perut atau panggul merupakan cara terbaik memotret di jalanan tanpa permisi. Kelemahannya adalah kamu tidak bisa melihat viewfinder (pengecualian untuk beberapa tipe kamera yang memiliki fitur flip-out screen).
Keuntungannya adalah orang-orang disekitarmu tidak akan menyadari bahwa kamu sedang memotret.
5. Berpura-pura seolah kamu memotret ke arah lain
Teknik ini sangat berguna ketika kamu menggunakan lensa lebar. Saya sangat sering melakukannya, saya pura-pura memotret ke arah lain, kemudian perlahan-lahan saya mengarahkannya ke arah subjek yang menjadi sasaran utama.
6. Tersenyum
Cara yang ampuh disaat kamu berusaha masuk ke dalam area orang lain. Senyum bisa mencairkan suasana, bahkan lebih ampuh dibandingkan dengan bicara. Senyum berarti kamu memiliki niat baik disana dan orang disekitarmu pasti akan menerimamu dengan baik juga.
7. Ajak ngobrol setelah kamu memotret
Kamu bisa mengajak subjekmu mengobrol setelah kamu memotret mereka. Saya sering melakukannya, bahkan obrolan yang seharusnya hanya bertujuan agar suasana menjadi cair seringkali jadi curhatan subjek, baik itu mengenai kehidupannya, kehidupan sosial di daerah tersebut, tempat wisata yang seru, bahkan mengenai politik.
8. Gunakan kamera kecil
Semakin kecil kameramu, maka semakin besar peluangmu untuk tidak diperhatikan orang lain. Sampai saat ini saya sudah menggunakan kamera handphone, toys camera, compact camera, mirrorless dan DSLR. Semuanya memiliki keunggulan masing-masing, semuanya memiliki kelemahannya masing-masing.
Saya sendiri tidak memiliki kamera DSLR atau mirrorless, cuma sering minjam punya teman. Yang saya punya hanya kamera handphone dan compact camera. Sejauh ini saya merasa nyaman dengan compact camera, karena ukurannya kecil dan tidak mengintimidasi subjek di jalanan. Jika dicetak dengan ukuran besarpun hasilnya tetap bagus.
Saya kurang suka menggunakan kamera handphone saya karena satu hal. Di daerah saya, kota Padang, ketika kamu menggunakan handphone untuk memotret, maka orang disekitarmu banyak menghindar, karena di kota ini banyak wartawan menggunakan kamera handphone untuk mengabadikan gambar. “Dari media mana kamu?” begitulah kata-kata yang sering terdengar dari beberapa subjek yang saya temui jika menggunakan kamera handphone.
Saya tidak tahu bagaimana kondisi di daerah lain. Tapi bagi saya intinya adalah gunakan kamera milikmu sendiri, karena tak ada yang lebih nyaman dibanding kamera sendiri.
9. Bersikap seperti wisatawan
Ketika kamu berada di satu tempat dan bersikap layaknya wisatawan lokal, maka orang-orang disana biasanya akan ramah terhadapmu. Saya pernah melakukannya ketika saya memotret di kota tambang, Sawahlunto. Kebetulan disana memang banyak sekali objek wisata yang berhubungan dengan tambang.
Saat itu saya datang bersama teman-teman saya dan bersikap layaknya orang yang sedang liburan. Alhasil, warga disana menyambut baik kedatangan kami, mereka tersenyum, mereka tertawa. Padahal dalam hati, saya sudah tertawa lebih keras. (saya terlihat seperti orang jahat).
10. Terlihat kebingungan setelah mengambil foto
Trik ini berguna disaat seseorang mencoba menghampirimu, kebingungan dan bertingkah layaknya wisatawan lokal yang bingung. Biasanya orang-orang disekitarmu akan membiarkanmu. Tetapi ada juga yang menghampirimu dan bertanya, mengapa kamu kebingungan. Yang artinya, kamu harus menyiapkan jawaban cadangan.
BAGIAN KEDUA
Semua orang pasti punya rasa takut terhadap sesuatu. Dan semua orang pasti punya caranya sendiri untuk mengatasi rasa takut. Tidak hanya Street Photographer pemula yang memiliki rasa takut yang besar di jalanan. Namun, fotografer yang sudah lama tidak memotret dan memutuskan untuk kembali ke jalanan pasti memiliki rasa canggung, bahkan takut.
Saya pernah mengalaminya di akhir tahun 2015. Di akhir tahun tersebut saya bersama teman-teman di Street Photography Festival, Sumatera Barat sibuk untuk persiapan event. Kemudian setelah event selesai dan saya memutuskan memotret lagi, ada rasa canggung dan takut. Walaupun bisa diatasi beberapa hari kemudian, tapi tetap mengganggu aktifitas saya.
Di akhir tahun itu juga lah saya bertemu dengan Chris Tuarissa. Saya bersama teman-teman yang lain mengajak beliau ke Kota Tua Padang. Disana kami masuk ke kawasan perniagaan lama, Pasar Mudik. Kami berjalan ke arah gedung yang berisi kulit manis atau kayu manis.
Saya sempat menghitung berapa waktu yang dibutuhkan om Chris untuk meminta ijin dan mencairkan suasana. Hanya 15 detik, suasana sudah bukan hangat lagi, lumer. Saya dan teman saya Zulfikar hanya bisa bengong, karena biasanya kami membutuhkan waktu sekitar 1-2 menit.
Jika rasa takut berkurang dan kamu merasa nyaman di jalanan, hal yang terjadi berikutnya adalah komunikasi yang baik antara kamu dengan subjek, dengan sekitarmu, dan juga kamu bisa menjadi lebih peka. Dan pada akhirnya, semua itu akan menuntunmu menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebelumnya saya sudah membagikan 10 tips dan trik mengatasi rasa takut di jalanan, yang bisa kamu terapkan berturut-turut selama 10 hari atau 10 kali. Berikut lanjutannya:
1. Perhatikan bagian tubuh yang berbeda
Di bagian pertama saya membagikan trik untuk melihat ke arah berbeda, tapi tetap fokus ke subjek utama sampai dia tidak menyadari bahwa dialah yang menjadi incaran utama.
Yang ini sedikit berbeda, karena kamu harus fokus ke bagian tubuh lain. Misalnya kamu ingin memotret close-up (bukan odol), kamu bisa melihat ke bagian kaki subjek terlebih dahulu sebelum masuk ke tujuan utama.
Kemungkinan subjek akan merasa bahwa kamu tidak sedang memperhatikan dia atau bahkan mungkin merasa kamu akan memotret bayangannya. Tetapi kamu harus berhati-hati melakukan trik ini, jangan melihat ke bagian yang sensitif, apalagi wanita, bisa-bisa matamu dicolok sebelum kamu sempat memotret.
2. Jangan meminta ijin
Jika sebelumnya kamu telah berlatih dengan cara meminta ijin terlebih dahulu. Di poin ini kamu harus memberanikan diri untuk tidak meminta ijin agar kemampuanmu lebih terasah.
Kamu juga harus lebih tenang dalam mengambil posisi, memencet tombol rana, dan bergerak kembali.
Jika kamu masih belum berani, kamu bisa mempraktekkannya saat berkumpul bersama teman. Ambil foto mereka secara candid untuk menampilkan karakter dan ekspresi temanmu.
3. Memotret lebih dekat
Di poin ini saya yakin rasa takutmu sudah berkurang, bahkan hilang. Kamu bisa lebih mengeksplor kemampuanmu untuk memotret dalam jarak yang dekat dengan subjek.
Gunakan lensa lebar jika perlu, saya yakin hasilnya akan bagus. Jika belum terlalu berani, kamu bisa memotret benda mati seperti mannequin.
“If your picture aren’t good enough, you’re not close enough” – Robert Capa
4. Beranikan diri untuk berhadapan
Ketika kita melihat seseorang, dan dia mengetahuinya, biasanya kita akan mengalihkan pandangan. Tapi kali ini saya menganjurkan kamu untuk tidak mengalihkan pandangan saat memotret atau setelah memotret.
Tentu saja kamu harus melihat kondisinya juga, apabila dia merasa tidak senang sama sekali, kamu harus mengalihkan pandanganmu segera.
Saya pernah melakukannya ketika memotret seseorang di jalanan. Dia memandangi saya, dan saya tetap memandanginya dan tersenyum. Jika seseorang yang kamu temui adalah orang tua, maka tersenyum kemudian menundukkan kepala bisa menjadi salah satu cara agar orang tersebut merasa dihormati.
5. Katakan sesuatu sebelum kamu memotret
Agak berbeda dengan poin mengajak ngobrol untuk membangun kehangatan di bagian pertama. Di poin ini, kamu hanya butuh beberapa kata saja seperti hai, halo, apa kabar, boleh saya masuk, dll.
Jika kamu berhasil membangun kehangatan dalam waktu singkat, artinya kamu sudah masuk ke level yang lebih tinggi. Seperti cerita saya di awal tadi, pengalaman bersama Chris Tuarissa.
6. Sibuk dengan kamera
Ketika kamu memotret dengan orang asing dalam jarak yang dekat, kamu bisa menggunakan trik ini. Setelah memotret kamu langsung terpaku dengan kameramu tanpa peduli sekitar, seolah-olah kamu tidak tahu cara menggunakannya dan salah menekan tombol.
Mainkan tombol-tombolnya, lihat sisi-sisi kameranya, perhatikan lensanya, tapi jangan buang kameranya.
Kamu bisa melihat video youtube Gary Winogrand yang pernah menggunakan teknik ini.
7. Gunakan headphone/ headset
Sebenarnya ini tips yang cukup aneh, tetapi ada beberapa fotografer menggunakan trik ini. Menggunakan headphone/ headset dan mendengarkan musik akan membuat rasa nyaman. Satu lagi, ketika kamu menggunakan headphone/ headset maka orang disekitarmu biasanya akan cuek kepada mu dan membiarkanmu larut dalam duniamu.
8. Memotret bersama teman
Ada yang menamakannya hunbar, hunting bersama. Tapi di daerah saya, istilah ini dipakai apabila ada event ‘motret model’. Saya sendiri kurang begitu familiar dengan kata-kata motret model, mungkin saya lebih suka menyebutnya motret beauty atau fashion.
Terlepas dari istilah tersebut, memotret bersama teman di jalanan bisa menghadirkan kenyamanan bagi kita. Walau akan terlihat mencolok, tetapi jika ada masalah pasti mudah diatasi.
9. Memotret di keramaian
Salah satu cara paling bagus untuk menghilangkan rasa takut sekaligus melatih kemampuan fotografi. Saya pernah beberapa kali memotret di event-event yang selalu dihadiri banyak orang seperti Tour de Singkarak, Dragon Boat, Car Free Day, Festival, dll. Tidak ada yang protes, karena memang itu ruang ‘bebas’. Kamu bisa bereksplor lebih di kondisi seperti ini.
10. Memotret di tempat yang tidak ramai
Setelah kamu merasakan kenyamanan dan merasa kemampuanmu meningkat ketika memotret di keramaian. Hal berikutnya yang perlu kamu lakukan adalah memotret di tempat yang tidak ramai, dengan sedikit orang.
Kamu harus lebih mempersiapkan diri, kamu harus menyiapkan jawaban jika mereka bertanya padamu. Dan ketika mereka terasa terganggu, kamu harus cepat beralih dari sana. Jika mereka tidak senang dan memintamu menghapus fotonya, kamu harus melakukannya. Tunjukkan kepada mereka foto yang ingin dihapus, kemudian perlihatkan dengan jelas ketika kamu menekan tombol delete.
Kamu dapat melakukan 10 tips dan trik diatas secara berturut-turut. Kemudian kamu dapat berbagi pengalamanmu dengan pembaca lainnya di kolom komentar.
Comments